Just try to running together in the circle

Selasa, 22 Februari 2011

SAINS: Fungi air tawar

Berdasarkan salinitasnya, lingkungan akuatik dapat dibedakan menjadi perairan tawar, payau dan asin. Hidup di lingkungan akuatik mempunyai kelebihan dibandingkan lingkungan terestrial. Secara fisik, organisme akuatik dapat melayang-layang (buoyancy), bergerak pasif dengan mengikuti arus air, bebas memanfaatkan ruangan tiga dimensi, menyebarkan gamet motil pada medium cair, terhindar dari kekeringan, terlindung dari temperatur ekstrim dan radiasi matahari, serta tersedianya nutrien organik dan anorganik dalam bentuk terlarut. 
Perairan tawar dapat dikelompokkan menjadi 1) sistem lotik  (flowing water) yang meliputi habitat sungai, kali, estuari, dan selokan/kanal, serta 2) sistem  lentik (standing water) yang meliputi habitat danau, kolam, rawa, dan badan air lain yang mempunyai sistem tertutup, dan 3) habitat artifisial seperti  tower pendingin air.  Pada dasarnya, air merupakan sistem yang mengalir sehingga kedua sistem tersebut tidak dapat dipisahkan secara absolut dan hanya dibedakan berdasarkan ketersediaan karbon dan organisme yang terlibat dalam rantai makanan. Lingkungan perairan tawar mempunyai banyak variasi sifat fisik dan kimia, dimana variasi tersebut akan mempengarui kehidupan biota yang menghuninya.   

Fungi merupakan organisme eukariotik non fotosintetik. Fungi dapat dikenali dengan ciri-cirinya antara lain tumbuh membentuk hifa atau pun sel tunggal, dinding sel  tersusun oleh khitin, menghasilkan spora atau konidia, bereproduksi secara seksual dan atau aseksual, mengekskresikan berbagai enzim ekstraseluler dan menyerap nutrien melalui dinding sel.  Belum ada definisi yang tepat tentang fungi air tawar. Beberapa pustaka menyebutkan fungi air tawar sebagai   fungi yang seluruh atau sebagian siklus hidupnya berada di air tawar, termasuk spesies yang tumbuh pada substrat akuatik maupun semi akutik. Dengan kata lain, fungi yang habitatnya jelas di lingkungan perairan tawar maupun mengkolonisasi sisa-sisa tumbuhan  yang terbenam di perairan tawar.  
Fungi air tawar  dianggap berevolusi dari nenek moyang terestrialnya. Banyak spesies yang teradaptasi untuk hidup di perairan tawar dengan mengembangkan propagul yang terspesialisasi untuk membantu penyebaran fungi pada habitat akuatik.  Memang terjadi  banyak tumpang tindih antara taksa spesies terestrial dan air tawar, namun hanya sedikit tumpang tindih antara taksa spesies air tawar dan air laut.


Fungi air tawar memiliki perbedaan dengan fungi terestrial dan laut, baik ditinjau secara taksonomi, morfologi, dan adaptasinya. Namun beberapa spesies fungi seringkali ditemukan pada ketiga sistem tersebut. Begitu banyak spesies fungi air tawar dengan begitu banyak cara adaptasinya. Seperti yang dikaji pada Dothideomycetes, tampak adanya adapatasi pada askospora dan kadang-kadang adaptasi konidia anamorf. Askospora dan konidiospora pada fungi air tawar telah terseleksi dengan sangat baik untuk menyebar dan melekat pada substrat habitat perairan tawar sebagai upaya untuk menyempurnakan siklus hidupnya. 
 Fungi secara dominan berperan sebagai dekomposer dan menjamin keberlanjutan rantai makanan di lingkungan perairan tawar. Keanekaragamnannya yang tinggi serta kesuksesan hidupnya di lingkungan perairan tawar disebabkan oleh kemampuannya beradaptasi terhadap berbagai faktor fisik dan kimia dilingkungan tempat hidupnya. Tercatat banyak spesies  fungi air tawar yang merupakan parasit pada hewan air. Anggota ordo Chytridiales, selain berperan sebagai saprofit, juga merupakan  parasit pada alga dan water mold. Misalnya Nowakoskiella kebanyakan sebagai saprofit perairan tawar sementara  berbagai  spesies  Rhizophydium parasit pada alga planktonik. Coelomomyces  merupakan parasit obligat pada larva nyamuk. Beberapa spesies Zygomycetes hidup sebagai predator yang menyerang amoeba, rotifera, dan nematoda.    Zoophagus insidians   adalah  salah satu spesies Zygomycetes yang hidup di kolam renang dan telah dikaji secara ekstensif berhubungan dengan kemampuannya menyerang rotifera yaitu dengan menghasilkan suatu struktur seperti tangkai adhesiv  pada percabangan hifa bagian lateral. 

Trychomycetes merupakan kelompok obligat yang berasosiasi dengan arthropoda dewasa dan larva, termasuk insekta dan crustacea, khususnya melekat pada bagian dinding usus serangga dengan hold-fast zone. Telah dikaji secara mendalam tentang hubungan simbiosis antara salah satu spesies Trychomycetes, Smittium culisetae, dengan larva nyamuk. Pada kondisi biasa, perkembangan dan metamorfosis  larva  nyamuk  akan  terhambat  ketika  sterol  dan vitamin B semakin berkurang.  Namun ketika larva berasosiasi dengan fungi, tidak terjadi hambatan perkembangan larva. Oleh sebab itu, kemungkinan bahwa fungi tersebut berperan dalam meningkatkan kelulushidupan inangnya dibawah kondisi stres nutrien. Ascomycetes  dan Basidiomycetes banyak ditemukan dilingkungan perairan tawar, kebanyakan diantaranya ditemukan pada kayu dan material organik yang ada di sungai. Baik Ascomycetes  maupun Basidiomycetes menjalankan peranannya sebagai fungi akuatik bila berada pada tahap aseksualnya.
Fungi air tawar sangat beranekaragam bukan? Peranannya pun macam-macam, namun begitu banyak aktivitas manusia yang telah secara drastis menurunkan tingkat keanekaragaman fungi tersebut.

                                                  Ditulis oleh Ernin Hidayati  
                              Terbuka untuk kritik, saran, dan editing.

Referensi

Cai L, Guo XY, and Hyde KD. 2008. Morphological and molecular characterisation of a new anamorphic genus Cheirosporium from freahwater in China. Persoonia 20: 53-58.
Hu DM, Cai L, Chen H, Bahkali AH, Hyde KD. 2010. Fungal diversity and submerged wood in a tropical stream and an artificial lake. Biodiversity and Conservation. Published on line: 6 October 2010.
Michelle KM, Goh TK, Hodgkiss IJ, Hyde KD, Ranghoo VM, Tsui CKM, Ho WH, Wong WSW, and Yuen TK. 1998. Role of fungi in freshwater ecosystems. Biodiversity and Conservation 7:1187-1206.
Pascoal C and Cassio F. 2008. Linking fungal diversity to the functioning of freshwater ecosystem. Fungal Diversity 20:1-19.
Sigee DC. 2005. Fresh Water Microbiology. Wiley. p 371.
Shearer C A, Descals E, Kohlmeyer B, Kohlmeyer B, Marvanova L, Padgett D, Porter D, Raja HA, Schmit JP, and Thorton HA. 2007. Fungal biodiversity in aquatic habitats. Biodiversity and Conservation 16(1): 49-67.







1 komentar:

  1. thank you very much for the information you give us. For people who like fishing, try the products from us very joss !!!


    Umpan Pelet Super Nila

    BalasHapus